Kantong Rakyat Menjerit: Kita Diberi Data, Tapi Tidak Diberi Nafas

Kondisi ekonomi Indonesia saat ini menekan kehidupan masyarakat. Harga kebutuhan pokok naik, tabungan menipis, dan rakyat terpaksa ngutang online. Artikel ini mengupas realita di balik data makro yang sering dianggap stabil.

Jun 16, 2025 - 23:50
Jun 17, 2025 - 00:10
 0  8
Kantong Rakyat Menjerit: Kita Diberi Data, Tapi Tidak Diberi Nafas

OPINI - in:REALITA ,

Di sebuah warung kecil di pinggiran Kotabumi, seorang ibu paruh baya menghitung uang receh sambil mengeluh, “Dulu Rp50.000 bisa bawa pulang beras, telur, dan minyak. Sekarang paling cuma cukup buat dua di antaranya.”

Cerita itu bukan satu-satunya. Dari pasar tradisional hingga dompet digital, dari karyawan ritel hingga buruh tani, suara yang sama menggema: kita sedang bertahan, bukan lagi menjalani hidup. Namun anehnya, pemerintah masih yakin bahwa ekonomi kita "baik-baik saja".

Keseharian yang Tak Lagi Wajar
Kondisi yang dialami rakyat kini bukan sekadar “wajar di tengah tantangan global”. Ini adalah tanda-tanda ekonomi yang sedang menekan dari bawah. Harga kebutuhan pokok naik, tapi upah tetap. Tabungan terkuras hanya untuk biaya hidup. Pinjaman online bukan gaya hidup, melainkan jalan darurat.

Dari sudut pandang data resmi, inflasi terkendali. Namun, coba tanyakan pada pedagang kecil di pasar, pada sopir ojek daring, atau pada ibu-ibu yang mengatur belanja harian — rasa di kantong jauh lebih nyata daripada angka di layar.

Gaya Hidup Ngirit Bukan Pilihan, Tapi Paksaan
Masyarakat Indonesia kini mengalami down-trading: dari belanja merek ke generik, dari restoran ke warteg, dari belanja bulanan ke harian. Diskon bukan lagi bonus, tapi penentu keputusan. Bahkan orang dengan penghasilan tetap pun kini hidup dari promo ke promo, voucher ke voucher.

Lebih menyedihkan lagi, penjualan kendaraan, rumah, bahkan cicilan elektronik melambat tajam. Bukan karena semua sudah cukup, tapi karena uang habis untuk bertahan hidup. Barang sekunder dan tersier menjadi “kemewahan yang dulu terasa biasa.”



Ini Bukan Gejala, Ini Alarm

  • Ketika rakyat berhenti belanja, maka mesin utama ekonomi ikut berhenti.
    Jika mesin itu macet terlalu lama, konsekuensinya bukan lagi inflasi, tapi resesi.

Dan kita mulai melihat tanda-tanda itu:

  • Industri alas kaki dan tekstil mengumumkan PHK massal
  • UMKM sepi karena perputaran uang melambat
  • Investor menahan modal, melihat pasar domestik yang tak lagi menjanjikan

Sementara itu, ketimpangan makin kentara. Mereka yang berada di atas—punya tabungan besar, aset dolar, dan koneksi global—tak banyak terganggu.
Tapi di lapisan bawah, rakyat kehilangan daya, kehilangan pilihan, dan perlahan kehilangan harapan.


Refleksi: Data Tak Bisa Mewakili Rasa

  • Kita tidak sedang menolak optimisme. Tapi optimisme yang tak menyentuh realitas hanya akan menjadi bahan kampanye.
    Yang dibutuhkan rakyat hari ini adalah kejujuran narasi dan keberpihakan kebijakan.
  • Tak cukup bicara “stabilitas ekonomi” jika rakyat tak mampu beli minyak.
    Tak cukup pamer pertumbuhan PDB jika satu juta orang menggantung hidup pada pinjaman bunga tinggi.
  • Mungkin angka-angka terlihat kuat. Tapi rasa di bawahnya—itu yang sedang menjerit.

Keadilan Sosial Tak Datang dari Grafik

  • Jika negara masih ingin mendengar, maka dengarlah suara kantong rakyat yang terus mengecil.
    Jika negara masih ingin hadir, maka hadirilah pasar, hadirilah dapur, hadirilah ruang tamu yang kini sunyi karena TV pun sudah disekolahkan.
  • Ekonomi yang baik bukan yang terlihat bagus di laporan, tapi yang terasa cukup di rumah-rumah kita. 

Karena pada akhirnya, grafik tidak akan menolong rakyat. Tapi empati dan kebijakanlah yang bisa menyelamatkan bangsa ini dari krisis yang lebih dalam.


🖊️ Penulis: Redaksi in:REALITA
📍 Editor: Redaksi in:REALITA

What's Your Reaction?

Like Like 0
Dislike Dislike 0
Love Love 0
Funny Funny 0
Angry Angry 0
Sad Sad 0
Wow Wow 0
redaksi_inrealita Tim Redaksi in:REALITA adalah kelompok jurnalis dan penulis profesional yang berdedikasi dalam menyajikan berita terpercaya, tajam, dan berimbang di Lampung dan sekitarnya. Kami berkomitmen menghadirkan informasi yang aktual, mendalam, dan mudah dipahami untuk masyarakat modern yang haus akan fakta dan perspektif baru. Dengan pengalaman luas di bidang media dan teknologi digital, Tim Redaksi in:REALITA siap menjadi sumber berita terpercaya yang mengedepankan integritas dan inovasi jurnalistik.